Breaking

Saturday, July 2, 2016

BETULKAN MUDIK BERTUJUAN UNTUK PAMER?



Peristiwa mudik berkaitan dengan materialisme. Dosen Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Ferry Hadiyanto, mengatakan proses mudik terkait kesuksesan materi hingga muncul kesan untuk pamer. "Kalau ada orang yang berimigrasi atau urbanisasi dia tidak sukses, akan berpikir dua kali untuk mudik," katanya saat diskusi soal mudik di kampus Unpad Bandung, Kamis, 30 Juni 2016.


Dari perspektif ekonomi, ujarnya, tidak ada orang yang berpakaian compang-camping atau jalan kaki ketika bermudik. Alasannya, mudik merupakan waktu untuk bersilaturahim, sekaligus menunjukkan keberhasilan hidup yang lebih baik dan lebih kaya. "Konsekuensinya seperti harus beli mobil, itu aset yang paling mudah diajak bergerak untuk ditunjukkan ke orang lain," kata dia.





Kecenderungan itu yang semakin besar dari tahun ke tahun, membuat sektor transportasi umum jadi korban. Penyediaan transportasi publik oleh pemerintah hanya digunakan kalangan menengah ke bawah. "Menengah ke atas tidak mungkin pakai itu, dia pasti bawa kendaraan pribadi," ujar Ferry.



Ia memperkirakan jumlah pemudik Lebaran tahun ini meningkat dibanding tahun lalu. Fenomena itu dalam jangka pendek menunjukkan angka kemiskinan yang terkesan mengecil. "Pengemis ketika Lebaran bisa bawa pulang jutaan rupiah. Di proses mudik itu orang tidak menjual kemiskinan tapi kemakmuran," kata dia.



Transmisi mudik yang menunjukkan kekayaan masyarakat lebih besar, berdampak pada konsumsi berlebihan untuk berbagai barang dan jasa. "Secara ekonomi ini ada baiknya, transfer aktivitas ekonomi dari kota ke daerah. Sekitar satu bulan itu desa bisa mengalami booming ekonomi," ujar Ferry. Aktivitas ekonomi itu misalnya tumbuh dari mulai jalan tol, area rehat, dan sepanjang jalan jalur mudik lainnya. "Kalau orang kurang uang gampang ke ATM dan terus begitu, tidak dipikirkan bagaimana sisanya nanti," ujar Ferry. 



Pemerintah lewat Bank Indonesia, menambah peredaran uang hingga Rp 160 triliun yang dialirkan ke perbankan untuk mengisi ATM serta membayar tunjangan hari raya bagi pegawai negeri serta swasta. Di fase Ramadan dan Lebaran, pemerintah juga sibuk menyediakan suplai barang dan jasa, infrastruktur, komoditas, jasa pelayanan.



Kenyataannya memang berbagai permintaan terkait mudik meningkat, seperti transportasi dan transaksi bank. Pertumbuhan ekonomi bisa menjadi lebih besar selama dua bulan. "Konsekuensinya inflasi. Tapi pemudik nggak peduli, berapa saja harganya siap dibeli," ujar Ferry.



Selain itu, ada transfer penghasilan dari pemudik ke desa, dan aliran zakat yang bisa signifikan jumlahnya. Karena itu menurutnya, mudik harus dilestarikan dengan manajemen yang lebih baik. "Karena aspek keuntungan sosialnya lebih besar daripada biaya sosial seperti inflasi," katanya.(Sumber: https://ramadan.tempo.co/read/news/2016/07/01/153784594/ada-kesan-pamer-tapi-kenapa-mudik-bermanfaat-secara-sosial)


= Baca Juga =



No comments:

Post a Comment